Sakit itu bernama IKYEP 2014

A late morning Selfie

“Bersama kita meraih mimpi, tuk satukan perbedaan. Bersama kita melangkah pasti, tuk gapai satu asa. Dalam satu cita dan cerita. Kita merangkai cinta.” Meraih mimpi – IKYEP Theme song

Dulu, lagu itu terasa membosankan. Bahkan untuk memainkan nya saja enggan. Tapi Allah berikan kisah lain. Memberikan sakit yang indah. Memberikan cara yang terbaik untuk membuka mata tentang indonesia melalui 33 teman, dan 1 abang.

Sakit itu sangat indah. Pergi bersama 33 teman seperti melihat Indonesia pindah ke negri Gingseng. Membawa nama indonesia di pundak. Mengenakan pakaian kebanggaan. Attire Biru, nama tercantum di dada kanan, emblem kebanggan disebelah kiri dada. Peci dengan emblem garuda di sebelah kanan. Tidak ada pakaian yang lebih indah dari jubah biru. Sakit ini saya nikmati selama 20 hari program, 6 hari pelatihan dan 1 hari re-entry.

Mengenakan baju biru itu sangat sakit. Sakit yang sangat indah. Beban berat kami pikul secara pribadi, harus behave, tidak boleh jongkok, menjaga sikap. Berjalan 17 pasang beriringan di bandara Hongkong, menjadi pusat perhatian sejenak. Seolah mimpi menjadi kenyataan, dan tidak ingin bangun dari mimpi.

Oh iya, kenalkan, saya Redha Alfian perwakilan dari Provinsi Riau. Hal yang pertama saya pikirkan ketika bertemu dengan teman-teman IKYEP 2014 ialah saya akan punya rumah baru se- Indonesia. Tapi tuhan memberikan hadiah ( baca : sakit) yang lebih besar. Unity in diversity, berbeda-beda namun tetap satu, atau Bhineka Tunggal Ika. Menjadi panutan untuk menyatukan kami. 34 kepala dengan isi yang berbeda. Dengan ego seperti paku yang menonjol, harus dipukul agar berdiri sama tinggi.

Ini kisah sakit saya selama program. Banyak jalan terjal menuju program, seleksi ketat di Provinsi. Kemudian training yang diberikan senior PCMI Riau. Sakitnya menjadi sangat manis untuk dijalani dan pahit untuk dilupakan.

Program dimulai pada 26 Oktober 2014. Hari dimana sakit itu dimulai. Fase pertama sakit di PP-PON. Saya boleh bilang ini fase peyebaran penyakit, yah teman-teman tidak sadar betapa berbahaya nya penyakit ini. Indikasi nya ialah kami berkenalan, mengakbrabkan diri, konflik dan dinamika dimulai, bunga-bunga racun pun dimulai, bahaya bukan? Tidak ada yang sadar betapa akutnya penyakit ini jika diderita.

Di fase ini saya sangat merindukan PCMI Riau. Karena dinamika membangun Ikatan kekeluargaan yang berbeda dengan pre departure training (PDT) IKYEP. Namun racun ini semakin cepat menjalar. Teman-teman semakin akrab, sistem Couple yang menuntut untuk memperhatikan pasangan. Dan materi-materi PDT yang mengakrabkan kami. Banyak orang yang berusaha membuat pertemanan, tapi, disini kami seperti dibuatkan pertemanan. Tidak ada siapapun yang berharap untuk bertemu siapa di IKYEP 2014. Tanpa disadari, tidak tahu ada racun ini diindikasi karena perbedaan yang cukup banyak. 34 orang berbeda, bukan memilih tapi dipilih. Tidak semua partisipant memilih IKYEP sebagai program utama, namun PCMI daerah masing-masing memiliki kewenangan untuk menentukan siapa yang cocok untuk program apa. PCMI juga tidak akan berdiskusi dengan PCMI daerah lain untuk menentukan siapa calon partisipan yang cocok mewakili provinsinya.

Rasa ini sungguh sakit ketika hanya berhubungan melalui media sosial. Hanya beberapa partisipan saja yang dapat bertemu sebelum fase program dimulai. Bisa saja karena provinsi mereka berdekatan atau ada kegiatan. 6 bulan rapat menggunakan Net-Converence facebook. Komunikasi menggunakan grup blackberry messanger atau LINE. Bayangkan betapa bahaya nya racun yang akan kami hadapi kelak ketika bertemu. Bisa terasa aneh ketika bertemu dengan patisipan lain, namun tidak sesuai espektasi. Kegemukan, kurusan, tidak seusi dengan foto, kekanakan, dewasa, cerewet, pendiam, menyenangkan, menyebalkan, perhatian, cuek, lengkap, ditambah hanya dengan 27 hari bersama-sama.

Ada yang bilang untuk mendapatkan sakit ini mengerti banyak tentang Korea Selatan. Bukan. Tapi ini sakit yang tidak dapat dijelaskan dengan kalimat yang indah terlebih lagi buruk. Tidak juga dapat dijelaskan dengan lukisan yang indah. Sakit ini juga bukan karena berada di negara orang lain. Atau bangga bisa lulus pertukaran pemuda. Tapi lebih dari itu, saya bukan seorang nasionalis, tapi rasa cinta terhadap Indonesia akan tumbuh selama dan setelah program. Sakit ini lebih indah dari kerinduan terhadap PCMI Riau. Rindu terhadap sakit ini bahkan lebih indah dari kata indah. Tidak peduli dengan penumpang dipesawat atau orang-orang dibandara. Saya menikmati sakit ini. Ini seperti berobat, tapi tidak ada dokter yang tahu indikasi dan penyakitnya apa. Lagu meraih mimpi menjadi lagu yang sangat saya rindukan sekarang.

2 tanggapan untuk “Sakit itu bernama IKYEP 2014

Tinggalkan komentar